MENANAMKAN CINTA ROSULULLAH
MENANAMKAN CINTA ROSULULLAH
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memiliki kedudukan yang mulia dengan
syafa’at al ‘uzhma pada hari kiamat kelak.
Itulah di antara keistimewaan Abul Qosim,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seorang muslim punya kewajiban mencintai
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dari
makhluk lainnya. Inilah landasan pokok iman.
Kenapa Menjadi Kewajiban Untuk Mencintai
Nabi?
Saudaraku, Cinta itulah yang harus dimiliki
setiap muslim yaitu hendaklah Nabinya lebih
dia cintai dari makhluk lainnya. Mari kita simak
bersama firman Allah Ta’ala,
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ
فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ
الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan
dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang
-orang yang fasik.” (QS. At Taubah: 24).
Ibnu Katsir mengatakan,
“Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada
Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan
Allah, maka tunggulah musibah dan
malapetaka yang akan menimpa kalian.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/124).
Ancaman keras inilah yang menunjukkan
bahwa mencintai Rasul dari makhluk lainnya
adalah wajib. Bahkan tidak boleh seseorang
mencintai dirinya hingga melebihi kecintaan
pada nabinya.
‘Abdullah bin Hisyam berkata, “Kami pernah
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
beliau memegang tangan Umar bin Khaththab
–radiyallahu ’anhu-. Lalu Umar –radhiyallahu
’anhu- berkata,
لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي
”Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku
cintai dari segala sesuatu kecuali terhadap
diriku sendiri.” Kemudian Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam berkata,
لا والذي نفسي بيده حتى أكون أحب إليك من نفسك
”Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya
(imanmu belum sempurna). Tetapi aku harus
lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.”
Kemudian ’Umar berkata,
فإنه الآن والله لأنت أحب إلي من نفسي
”Sekarang, demi Allah. Engkau (Rasulullah)
lebih aku cintai daripada diriku sendiri.”
Kemudian Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
berkata,
الآن يا عمر
”Saat ini pula wahai Umar, (imanmu telah
sempurna).” (HR. Bukhari) [Bukhari: 86-Kitabul
Iman wan Nudzur, 2-Bab Bagaimana Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam bersumpah]
Al Bukhari membawakan dalam kitabnya: Bab
Mencintai Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam
adalah bagian dari iman. An Nawawi
membawakan dalam Shahih Muslim: Bab-
Wajibnya Mencintai Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam lebih dari kecintaan pada
keluarga, anak, orang tua, dan manusia
seluruhnya. Dalam bab tersebut, Anas bin Malik
mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Salah seorang di antara kalian tidak akan
beriman sampai aku lebih dia cintai daripada
anaknya, orang tuanya bahkan seluruh
manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun Ketahuilah Bahwa Semua Cinta Butuh
Bukti
Cinta bukanlah hanya klaim semata. Semua
cinta harus dengan bukti. Di antara bentuk cinta
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
ittiba’ (mengikuti), taat dan berpegang teguh
pada petunjuknya.
Karena ingatlah, ketaatan pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah buah dari
kecintaan. Penyair Arab mengatakan:
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لَأَطَعْتَهُ إِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ
Sekiranya cintamu itu benar niscaya engkau
akan mentaatinya Karena orang yang
mencintai tentu akan mentaati orang yang
dicintainya
Cinta pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
bukan hanya dengan ucapan lisan semata,
namun enggan mengikuti sunnah dan akhlak
mulia beliau. Hakikat cinta pada Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam adalah dengan
mengikuti (ittiba’) setiap ajarannya dan
mentaatinya. Semakin seseorang mencintai
Nabinya maka dia juga akan semakin
mentaatinya. Dari sinilah sebagian salafunas
sholeh mengatakan:
لهذا لما كَثُرَ الأدعياء طُولبوا بالبرهان ,قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ
اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمْ اللَّهُ
Tatkala banyak orang yang mengklaim
mencintai Allah, mereka dituntut untuk
mendatangkan bukti. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya): ”Katakanlah: Jika kamu (benar-
benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Ali Imron: 31)
Seorang ulama mengatakan:
لَيْسَ الشَّأْنُ أَنْ تُحِبَّ وَلَكِن الشَّأْنُ أَنْ تُحَبْ
Yang terpenting bukanlah engkau mencintai-
Nya. Namun yang terpenting adalah
bagaimana engkau bisa dicintaiNya.
Yang terpenting bukanlah engkau mencintai
Nabimu. Namun yang terpenting adalah
bagaimana engkau bisa mendapatkan cinta
nabimu. Begitu pula, yang terpenting bukanlah
engkau mencintai Allah. Namun yang
terpenting adalah bagaimana engkau bisa
dicintai-Nya. (Lihat Syarh ’Aqidah Ath
Thohawiyah, 20/2) Allah sendiri telah
menjelaskan bahwa siapa pun yang mentaati
Rasul-Nya berarti dia telah mentaati-Nya. Allah
Ta’ala berfirman,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ
عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
“Barangsiapa yang mentaati Rasul,
sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu),
maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 80)
Bagaimana Mungkin Seseorang Mengaku
Mencintai Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam, sedangkan ia enggan mengikuti Sunnah
Rasulullah ?
Bagaimana Mungkin Seseorang Mengaku
Mencintai Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam, sedangkan ia benci kepada keluarga
(ahlul bayt) dan keturunan Rasulullah ?
Bagaimana Mungkin Seseorang Mengaku
Mencintai Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam, sedangkan ia masih membenci kepada
sesama saudaranya seiman ?
Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ
عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
“Barangsiapa yang mentaati Rasul,
sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu),
maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 80)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
memerintahkan kita untuk berpegang teguh
pada ajarannya. Sebagaimana hal ini terdapat
dalam hadits,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا
عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Berpegangteguhlah dengan sunnahku dan
sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan
petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang
teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham
kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah,
Ibnu Hibban. At Tirmidizi)
Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia
terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq
radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ
أَنْ أَزِيْغَ
“Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali
aku mengamalkannya karena aku takut jika
meninggalkannya sedikit saja, aku akan
menyimpang.” (HR. Abu Daud no. 2970)
Itulah saudaraku di antara bukti seseorang
mencintai nabinya –shallallahu ‘alaihi wa
sallam- yaitu dengan mentaati, mengikuti dan
meneladani setiap ajarannya.
Semoga kita menjadi ummat yang dicintai dan
dirindukan Rasulullah, bisa Mencintai apa yang
dicintai Rasulullah dan membenci apa yang
dibenci oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam..
*اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ*
🍃♥️🌹📚📚
Tidak ada komentar: