SARJANA TEKNIK SIPIL MENGAJI PADA ULAMA NU

SARJANA TEKNIK SIPIL MENGAJI PADA ULAMA NU

Tidak seperti orang yang mengaku-ngaku “Amir Hizbut Tahrir”, yang hanya lulusan Teknik Sipil tapi merasa paling tau urusan agama itu, ada seorang sarjana Teknik Sipil lain bernama Ir. H. Achmad Soekarno. Beliau adalah Amir tulen dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang rendah hati mau berguru kepada seorang ulama NU, bernama KH. A. Wahab Chasbulloh.

Memang begitu seharusnya. Belajar agama tidak bisa hanya mengandalkan logika dan data empiris. Jika tidak tau ilmu agama, bergurulah dengan orang yang faham agama. Jangan sampai tersesat.

Sarjana teknik, sarjana ilmu eksakta dan sarjana kedokteran sering terjerumus dan mudah terdoktrin oleh gerakan radikalisme semacam Wahhabi-Salafi-Takfiri, HTI, JI, ISIS dll. Sebab utamanya, mereka melulu hanya mengandalkan logika dan data empiris.

Ada dialog bersejarah yang sangat menginspirasi antara Ir. H. Soekarno dan Kiai Wahab mengenai bagaimana seharusnya seseorang menyikapi permasalahan dalam beragama dan bernegara. Silakan disimak :

****

“Kisah Bung Karno Meminta Fatwa KH. Wahab Chasbulloh” 

Setelah beberapa kali diadakan perundingan untuk menyelesaikan Irian Barat dan selalu gagal, Bung Karno mendatangi Kiai Wahab Hasbullah di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur.

Bung Karno menanyakan bagaimana hukum orang-orang Belanda yang masih bercokol di Irian Barat? Kiai Wahab menjawab tegas,”Hukumnya sama dengan orang yang ghasab.”

“Apa artinya ghasab, kiai?” tanya Bung Karno

“Ghasab itu istihqaqu maalil ghair bighairi idznihi. Artinya, menguasai hak milik orang lain tanpa izin,” terang Kiai Wahab.

“Lalu bagaimana solusi menghadapi orang yang ghasab?”

“Adakan perdamaian,” tutur Kiai Wahab.

Lalu Bung Karno bertanya lagi,”Menurut insting Kiai, apakah jika diadakan perundingan damai akan berhasil?”
“Tidak.”
“Lalu, mengapa kita tidak potong kompas saja Kiai?”, Bung Karno sedikit memancing.
“Tak boleh potong kompas dalam syariah,” kata Kiai Wahab.

Selanjutnya Bung Karno mengutus Soebandrio mengadakan perundingan yang terakhir kali dengan Belanda untuk menyelesaikan konflik Irian Barat. Perundingan ini akhirnya gagal. Kegagalan ini disampaikan Bung Karno kepada Kiai Wahab. 

“Kiai, apa solusi selanjutnya menyelesaikan Irian Barat?”
“Akhodzahu qohron (ambil dengan paksa!).” Kiai Wahab menjawab dengan tegas.
“Apa rujukan Kiai memutuskan masalah ini?
“Saya mengambil literatur Kitab Fath al-Qarib dan syarahnya (al-Baijuri).”

Setelah itu, barulah Bung Karno membentuk barisan Trikora (Tiga Komando Rakyat).

Kisah yang dinukilkan dari buku “Karya Intelektual Ra’is Akbar dan Ra’is Aam al-Marhumien Pengurus Besar Nahdlatul Ulama” karya KH A Aziz Masyhuri ini menunjukkan antara lain kontekstualisasi kitab kuning yang oleh sebagian kalangan justru dianggap sebelah mata.

(Sumber tulisan : Ala_nu)   #   ° ° °

~ Salam takdim kagem mereka berdua Mbah KH. ABDUL WAHAB HASBULLOH &  Presiden Ir. H. ACHMAD SOEKARNO

*........ له الفاتحة .........

*اعوذُ بِاللهِ منَ الشَّيطاَنِ الرّجيم*
 *بِسْمِ اللهِ الرَّحمنِ الرَّحِيْم ۞ أَلحَمدُ لِلّه رَبِّ العَالَمِين ۞ ألرَّحمَنِ الرَّحِِيم ۞ ملِكِ يَوْمِ الدِين ۞ إيّاكَ نَعبُدُ وَ إيّاكَ نَستعِين ۞ إهدِنَا الصِّرَاط المُستَقِيم ۞ صِرَاطَ الَذِينَ أنعَمتَ عَليْهِم، غَيْرِالمَغضُوبِ عَليْهِم وَلاَالضَّالِّين ۞*

*اَللَّهُمَّ أمين* * ~

Tidak ada komentar:

ads
Diberdayakan oleh Blogger.